Sunday, September 2, 2012

Maratua Island - The Pearl of Indonesia (part 2 Upacara 17 Agustus di Pulau Terluar dan Pulau Perbatasan)


Maratua yang merupakan salah satu pulau terluar dari sekian banyaknya daftar pulau yang berada di kawasan yang berbatasan langsung dengan beberapa negara, yakni Malaysia dan Philipina. Bahkan jika kita berada di Pulau ini, kita tidak akan bisa memandang Pulau lainnya kecuali Pulau Kakaban yang memang berada sangat dekat dengan Pulau Maratua, akan tetapi tentu kita tahu juga bahwa di Pulau Kakaban tidak ada seorang pun yang menghuni pulau tersebut karena memang untuk menjaga kelestarian alam dan biota langka yang berada di kawasan tersebut. Sehingga Pulau Kakaban hanya menjadi destinasi yang wajib dikunjungi namun dengan tempo waktu yang sangat singkat dalam satu hari saja.

Mungkin cerita ini merupakan cerita pengalaman pertama saya melakukan upacara memperingati hari kemerdekaan di Pulau Maratua yang berbatasan langsung dengan dua negara, yakni Malaysia dan Philipina, dan dua pulau besar di Indonesia, Kalimantan dan Sulawesi.

Tanggal 17 agustus yang merupakan hari kemerdekaan RI diperingati di hampir seluruh penjuru Indonesia. Namun jujur saja, tanggal 17 agustus 2012 ini terasa sangat spesial untuk saya. Mengapa? Karena pada tanggal tersebut saya untuk pertama kalinya setelah memasuki masa perkuliahan, merupakan upacara memperingati hari kemerdekaan. Bahkan kali ini benar-benasr spesial karena upacara tersebut dilakukan di luar Pulau Jawa. Jika bukan karena tugas kami sebagai mahasiswa yang sedang mengemban tugas mulia *halah*, mungkin kami tidak akan pernah merasakan yang namanya penghormatan kepada para arwah pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dan lucunya, kami berada disini justru pada saat kami yang seharusnya telah meninggalkan pulau ini pada tanggal 15 agustus, atau tepat pada hari penarikan mahasiswa KKN-PPM UGM 2012 di seluruh penjuru Indonesia. Namun, ketika akan berangkat ke pulau ini kami juga harus menentukan kapan tanggal "baik" kami harus kembali ke Pulau Jawa, ternyata tanggal "baik" itu ada pada tanggal setelah lewat hari lebaran, yakni pada tanggal 23 agustus. Sehingga kami extend selama 8 hari untuk merasakan liburan kami yang sebenar-benarnya. Oh iya, tanggal "baik" disini maksudnya adalah tanggal dimana harga tiket pesawat tidak terlalu tinggi dan waktu kepulangan juga tidak terlalu mepet dengan waktu pengisian KRS-an di kampus. XD


Spenduk HUT RI ke-67 di Pulau Maratua (photo by Awaluddin Zaenuri)


"DENGAN SEMANGAT HUT PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945, KITA BEKERJA KERAS UNTUK KEMAJUAN BERSAMA, KITA TINGKATKAN PEMERATAAN HASIL-HASIL PEMBANGUNAN UNTUK KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA."
"CIPTAKAN BUDAYA SALING HORMAT MENGHORMATI SESAMA GUNA UNTUK MEMELIHARA NILAI-NILAI PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA."



Itulah yang tertulis pada spanduk yang digantung pada "gerbang" masuk lapangan sepakbola di Desa Bohe Bukut atau Teluk Harapan, yang juga merupakan tempat yang "dekat" dengan kantor kecamatan Maratua berada. Upacara yang dilakukan pada pukul 08.30 *padahal kami sudah harus mempersiapkan diri dari pukul 6 karena harus mengantri mandi sebanyak 20 orang* ini dihadiri oleh segenap jajaran pegawai di kantor kecamatan, (Pak camat, pak sekcam, dan karyawan-karyawan lainnya), lalu empat kepala kampung Pulau Maratua (Teluk Harapan, Payung-Payung, Bohe Silian dan Teluk Alulu), dan tokoh masyarakat termasuk didalamnya perwakilan dari tempat penginapan yang berada dilingkungan Pulau Maratua, seperti Maratua Paradise dan beberapa pemilik guest house. Oh ya, tidak lupa juga anak-anak sekolah dari SD, SMP dan SMA juga, meski hanya perwakilan, *karena agak sulit untuk membawa anak-anak SD dari kelas 1-6 dari Teluk Alulu ke Bohe Bukut atau Teluk Harapan. Setidaknya, upacara ini wajib dihadiri oleh anak-anak sekolah yang berasal dari Teluk Harapan.

Upacara ini dilakukan dengan metode seperti upacara militer, dimana pada masing-masing kelompok barisan di pimpin yang mana terdiri dari satuan kepolisian, TNI AD, TNI AL dan ABRI.Upacara yang di pimpin oleh kepala Polsek dan pembina upacaranya adalah Bapak camat Maratua, upacara ini berlangsung dengan khidmat, meski awalnya, kami anak-anak KKN lebih banyak ribut karena panasnya matahari yang terasa berada tepat di atas kepala kami.


photo by Awaluddin Zaenuri



photo by Awaluddin Zaenuri


Gimana sih rasanya melaksanakan upacara bendera di luar pulau Jawa? Yang jelas menurut saya sangat asik dan juga mendapatkan suasana yang benar-benar berbeda. Saya sendiri biasanya upacara dalam lingkungan yang tidak pernah berada di luar sekolah. Belum pernah merasakan yang namanya upacara di luar sekolah. Namun kali ini upacara benderanya sangat spesial karena selama upacara berlangsung, terdengar samar-samar backsound ombak yang tak jauh dari tempat kami melaksanakan upacara. Karena ada deburan ombak, setidaknya kami masih dapat merasakan angin semilir menyeimbangkan panasnya matahari yang sedang memanggang kami di lapangan tersebut.

Selain itu juga, terasa sekali suasana yang begitu menyayat hati, yang mana sebelum upacara ini berlangsung pernah saya mendengar dari warga setempat, dia merasa prihatin dengan tanah kelahirannya ini. Pulau Maratua yang merupakan pulau terluar dan berada di perbatasan yang sangat rentan sekali dapat terjajah seperti beberapa pulau yang sudah kita ketahui telah diambil oleh negara tetangga, Pulau Maratua berada dalam posisi di tengah-tengah dan sangat tidak menguntungkan. Warga tersebut menyayangkan nasib masyarakat di Pulau Maratua ini karena dari segi ekonomi, tenaga kerja (terutama guru dan dokter) mereka sangat kepayahan. Nampaknya pemerintah pusat dan daerah tidak begitu memperhatikan keadaan pulau yang sangat jauh ini. Padahal, Pulau Maratua ini begitu dekat dengan Pulau Kakaban yang lebih sering di kunjungi, namun pemberdayaan masyarakat yang berada di Pulau Maratua justru tidak meningkat karena perhatian pemerintah hanya terpusat pada sektor pariwisata bahari yang saat ini sedang booming. Meski seringkali acara wisata bahari yang dilakukan di Pulau Maratua, namun, masyarakat masih belum merasakan keuntungan apapun dengan diadakannya acara tersebut.  Masyarakat Maratua berharap, pemerintah bisa adil dan tidak hanya mementingkan pada sektor wilayah pariwisata saja, namun juga menigkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di wilayah pariwisata tersebut. Karena bagaimana pun juga mereka berkewarganegaraan Indonesia. Dan mereka begitu bangga menjadi bagian dari Indonesia.

Oh iya, tim KKN kami juga turut berpartisipasi dalam keberlangsungan upacara ini, diantaranya ada Haviz yang membacakan teks proklamasi, Uyya yang menjadi pembaca acara upacara, dan Yaya' yang membacakan pembukaan UUD 1945.


Yaya' yang lagi baca Pembukaan UUD 1945 (photo by Maman Abdurrahman Agosto)


Dan ini adalah foto kami yang sedang "mengabdi pada negara" dengan menghormat kepada sang saka Merah Putih.


photo by Maman Abdurrahman Agosto



photo by Hasnan



photo by Maman Abdurrahman Agosto

No comments:

Post a Comment